Friday, October 30, 2009

Snapshot Manusia

 Campaign kali ini kami menampilkan momen-momen kehidupan manusia yang berhasil kami tangkap melalui kamera. Lalu kami maknai lebih dalam untuk mengungkap realita dan mendapat pelajaran.

 




Wednesday, October 28, 2009

Sumpah Pemuda, Sumpah Demi Apa?!


untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda ini, kami membuat suatu kalimat berisi nasihat untuk para pemuda termasuk kami. dikemas dalam bentuk stiker angkot.

Yang ini tentang cita-cita, jika kita memiliki cita-cita, toh ya jangan malu untuk mewujudkan. menjadi Fotografer misalnya, kita harus belajar untuk berani maju untuk mendapat momen bagus, belajar mempublish karya lalu membiarkan orang-orang berkomentar, dengan ini kita tahu kesalahan lalu bisa tau mana yang benar.. So, Jangan Malu Untuk Maju..

sebagai anak muda kita selalu menuntut kebebasan, tapi ingat, sebagai manusia kita juga dituntut untuk beretika. Ketika kita berbuat sesuatu maka kita harus siap untuk menanggung akibatnya, jangan lempar batu sembunyi tangan. Oke?!!

Terbiasa dengan panggilan tercela


sadar tidak sadar, kita seringkali menggunakan nama binatang untuk menyeru seseorang, entah itu mewakili sifat si orang tersebut yang seperti binatang atau saking akrabnya kita dengan orang tersebut. Lama-lama kita jadi terbiasa dengan panggilan itu, bisa jadi lama-lama kita menjadi seperti binatang itu.. Ingat, kita masih manusia..

Monday, October 26, 2009

serupa tapi jangan sama

R : “ndra, di zaman kaya gini karya kaya apa sih yang di bilang original? “

A : “gak tau..gw juga kadang bingung. mungkin gak sih kita bikin sesuatu yang baru..sesuatu yang belum pernah dibuat sama siapapun?”

R : “hmm, di jaman sekarang semua udah ada ndra, mungkin kalo 2000-1000 tahun lalu masih mungkin

A : “ iya..udah terlalu banyak informasi yang tersebar...belum lagi ada internet, jadinya influence
uda kebanyakan...”

R :“ yap, semua sudah tersedia, halusnya sekarang saatnya manusia berinovasi, menciptakan dari apa yang udah ada.”

A : “klo gitu caranya..berarti kita cuma buat gabungan dari apa yang ada..gak ada yang unsur barunya... sadar gak sih...karya-karya yg ada diluar sana..kadang-kadang kita bisa ngeliat kesamaannya...banyak yg mirip gitu, intinya mah, mreka kadang cuma menggabung2 yg ada aja, gak ada proses eksplorasinya, akhirnya gak ada soul di karyanya. menurut gue eksplorasi yang membuat kita beda dengan orang laen..membuat kita berkarakter..”

R :“aseekk. tepat banget tuh, ekplorasi. Ekplorasi yang disertai kreatifitas sehingga menghasilkan suatu estetika baru, itu baru senii.. “

A :“ bener..keren banget lu ki...”

R : iya emang si Luki keren ndra.

R :“ dalam suatu situs fotografi kita bisa ngeliat fenomena ini, akan sulit menemukan karya yang
original ndra, semua cenderung sama jenisnya. misal, suatu foto pemandangan laut dengan awan yang sangat dramatis. sekali foto itu banyak dikomentari, maka setelahnya akan muncul foto yang sejenis. Contoh lainnya foto makro dengan model lalat lagi kawin. sampir tiga hari sekali pasti muncul.”

A :“ iya, waktu itu juga gua sempet ngeliat ada foto bayangan yang bagus..eh besoknya, uda ada yang ngikutin. kalo foto itu di analogikan kayak pemikiran..berarti banyak orang yang mikirnya sama ya. Berarti klo semua mikirnya sama, berarti ada sebagian orang yang gak mikir, betul tidak?

R :“ benar-benar betul.. betul-betul benar..”

A : “trus juga ada fenomena yg menarik ki, ngerasa gak sih kyknya banyak dari kita berusaha "breaking the rule" kan?

R :“hah? ngerusakin penggaris?”

A :“bukan, mematahkan peraturan dodol, karena uda semakin banyak orang yang ngelakuinnya, tanpa sadar..lama-lama "breaking the rule" itu menjadi sebuah "rule" tersendiri, bener gak ya, apa gue sok tau doang..haha”

R :“ mencoba untuk beda, tapi terjebak di cara yang sama. Tapi kalau dipikir2 ndra, emang begitulah manusia, sebagian manusia berfikir untuk nenciptakan sesuatu yang baru, yang beda. ketika sebagian manusia tersebut berhasil menjadi beda, maka dia menjadi pusat perhatian, dan sudah hakikat manusia untuk memiliki keinginan untuk diperhatikan. menjadi bagian dari perubahan. Contoh yang paling deket deh, tentang gaya berpakaian, dulu Legging hanya di pakai untuk senam atau olahraga. namun suatu saat ada yang melihat bahwa legging enak dipakai sehari-hari, dan dicoba lah untuk dipakai keluar, ternyata respon orang-orang bagus, bahkan pada suka. begitu juga dengan kacamata tebal dan besar , sekarang justru menjadi trend yang menggila. Padahal dulu hanya orang2 yang mau nyentrik dengan tampilan jadul dan idiot aja.

A : “oh kaca mata yg klo dipake yang make jadi kayak lalet itu ya... “

R : “hahah, kalau masalah fashion dan trend mah emang ga ad abisnya.

A : “emang uda hukumnya kayaknya ya. inget ga sih, kalau dulu kita ngeliat anak muda pake kaos tapi dimasukin ke celana pasti imagenya dia katro abis kan, nah sekarang. dikalangan cewe abg itu menjadi trend. menjadi syarat untuk dibilang keren.”

R : ini semua karena pikiran breaking the rule" itu kan yah?

A : bener banget...

R : merekonstruksi persepsi

A : kwoooeekk....

R : hahah

A : omonganlu berat.

R : maklum lah mahasiswa semester tujuh, udah bau skripsi.

A : ”gue jadi inget perkataan seorang pria perancang yang agak feminim..dia bilang "fashion is
temporary, but style is forever"...”

R : “gaya adalah selamanya, so kita mesti punya gaya kita sendiri.”

A : “kita harus punya ciri khassss....

R : yap, idol are fine but dont imitate..

A : gila..gila....

Friday, October 23, 2009

Wednesday, October 21, 2009

Sembarangan


Sebuah ironi yang sering timbul dilingkungan sehari-hari, buang air sembarang. Padahal buang air mengharuskan kita mengeluarkan kemaluan kita, terlebih lagi air yang kita buang itu kotoran yang akan menimbulkan bau dan aroma tidak sedap, seharusnya dilakukan ditempat tertutup, tempat yang semestinya. tidak seperti binatang yang bisa bebas buang air dimanapun.

"sengaja, ga bisa baca, kebelet atau jangan-jangan kita bukan manusia"

Tuesday, October 20, 2009

Kita [masih] Manusia!


Lebih baik terlihat bodoh ketika bertanya ketimbang bodoh selamanya karena tidak bertanya. “Jangan-jangan kita bukan manusia?” Mari berkaca lagi, lihat sungguh-sungguh diri kita dengan hati. Cek ulang sisi-sisi kemanusiaan kita. Mungkin kita sempat diterpa nafsu yang tak terkontrol. Juga kelalaian kita sebagai manusia. Ditambah lagi keacuhan yang sering kita lalukan sehingga kemuliaan kita sebagai manusia perlu dipertanyakan. 

 Karena itu, sudah saatnya kita bangun dari kealpaan kita sebagai manusia. Tidak melulu lewat sesuatu muluk-muluk, cukup dengan hal-hal kecil yang dekat dengan kesaharian kita. Mulai sekarang jangan apatis, dan diam. Mari kita saling mengingatkan bahwa “KITA [MASIH] MANUSIA!”