R : “ndra, di zaman kaya gini karya kaya apa sih yang di bilang original? “
A : “gak tau..gw juga kadang bingung. mungkin gak sih kita bikin sesuatu yang baru..sesuatu yang belum pernah dibuat sama siapapun?”
R : “hmm, di jaman sekarang semua udah ada ndra, mungkin kalo 2000-1000 tahun lalu masih mungkin
A : “ iya..udah terlalu banyak informasi yang tersebar...belum lagi ada internet, jadinya influence
uda kebanyakan...”
R :“ yap, semua sudah tersedia, halusnya sekarang saatnya manusia berinovasi, menciptakan dari apa yang udah ada.”
A : “klo gitu caranya..berarti kita cuma buat gabungan dari apa yang ada..gak ada yang unsur barunya... sadar gak sih...karya-karya yg ada diluar sana..kadang-kadang kita bisa ngeliat kesamaannya...banyak yg mirip gitu, intinya mah, mreka kadang cuma menggabung2 yg ada aja, gak ada proses eksplorasinya, akhirnya gak ada soul di karyanya. menurut gue eksplorasi yang membuat kita beda dengan orang laen..membuat kita berkarakter..”
R :“aseekk. tepat banget tuh, ekplorasi. Ekplorasi yang disertai kreatifitas sehingga menghasilkan suatu estetika baru, itu baru senii.. “
A :“ bener..keren banget lu ki...”
R : iya emang si Luki keren ndra.
R :“ dalam suatu situs fotografi kita bisa ngeliat fenomena ini, akan sulit menemukan karya yang
original ndra, semua cenderung sama jenisnya. misal, suatu foto pemandangan laut dengan awan yang sangat dramatis. sekali foto itu banyak dikomentari, maka setelahnya akan muncul foto yang sejenis. Contoh lainnya foto makro dengan model lalat lagi kawin. sampir tiga hari sekali pasti muncul.”
A :“ iya, waktu itu juga gua sempet ngeliat ada foto bayangan yang bagus..eh besoknya, uda ada yang ngikutin. kalo foto itu di analogikan kayak pemikiran..berarti banyak orang yang mikirnya sama ya. Berarti klo semua mikirnya sama, berarti ada sebagian orang yang gak mikir, betul tidak?
R :“ benar-benar betul.. betul-betul benar..”
A : “trus juga ada fenomena yg menarik ki, ngerasa gak sih kyknya banyak dari kita berusaha "breaking the rule" kan?
R :“hah? ngerusakin penggaris?”
A :“bukan, mematahkan peraturan dodol, karena uda semakin banyak orang yang ngelakuinnya, tanpa sadar..lama-lama "breaking the rule" itu menjadi sebuah "rule" tersendiri, bener gak ya, apa gue sok tau doang..haha”
R :“ mencoba untuk beda, tapi terjebak di cara yang sama. Tapi kalau dipikir2 ndra, emang begitulah manusia, sebagian manusia berfikir untuk nenciptakan sesuatu yang baru, yang beda. ketika sebagian manusia tersebut berhasil menjadi beda, maka dia menjadi pusat perhatian, dan sudah hakikat manusia untuk memiliki keinginan untuk diperhatikan. menjadi bagian dari perubahan. Contoh yang paling deket deh, tentang gaya berpakaian, dulu Legging hanya di pakai untuk senam atau olahraga. namun suatu saat ada yang melihat bahwa legging enak dipakai sehari-hari, dan dicoba lah untuk dipakai keluar, ternyata respon orang-orang bagus, bahkan pada suka. begitu juga dengan kacamata tebal dan besar , sekarang justru menjadi trend yang menggila. Padahal dulu hanya orang2 yang mau nyentrik dengan tampilan jadul dan idiot aja.
A : “oh kaca mata yg klo dipake yang make jadi kayak lalet itu ya... “
R : “hahah, kalau masalah fashion dan trend mah emang ga ad abisnya.
A : “emang uda hukumnya kayaknya ya. inget ga sih, kalau dulu kita ngeliat anak muda pake kaos tapi dimasukin ke celana pasti imagenya dia katro abis kan, nah sekarang. dikalangan cewe abg itu menjadi trend. menjadi syarat untuk dibilang keren.”
R : ini semua karena pikiran breaking the rule" itu kan yah?
A : bener banget...
R : merekonstruksi persepsi
A : kwoooeekk....
R : hahah
A : omonganlu berat.
R : maklum lah mahasiswa semester tujuh, udah bau skripsi.
A : ”gue jadi inget perkataan seorang pria perancang yang agak feminim..dia bilang "fashion is
temporary, but style is forever"...”
R : “gaya adalah selamanya, so kita mesti punya gaya kita sendiri.”
A : “kita harus punya ciri khassss....
R : yap, idol are fine but dont imitate..
A : gila..gila....
Monday, October 26, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment